1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Benih yang akan
digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya.
Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur
benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama
dan penyakit). Benih
yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat. Pada
umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada
kesehatan benih,
kemurnian benih dan daya tumbuh benih.
Penggunaan benih
jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang
lebih tinggi. Tetapi
jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan
varietas bersari
bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat
digunakan maksimal 2
kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa
varietas unggul
jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C
2, Hibrida Pioneer
1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster
kuning, Kania Putih,
Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit,
Sadewa, Nakula.
Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan
adalah: CPI-2,
BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2
(semuanya jenis
Hibrida).
2) Penyiapan Benih
Benih dapat
diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman
jagung yang sehat
pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang
tongkolnya besar,
barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot,
dan tidak terserang
oleh hama penyakit. Tongkol
dipetik pada saat lewat fase
matang fisiologi
dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun
menguning. Tongkol
dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih
akan disimpan dalam
jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan
disimpan dan
disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil
biji bagian tengah
sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal
tidak digunakan
sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika
kurang dari itu
sebaiknya benih diganti. Benih yang
dibutuhkan adalah
sebanyak 20-30 kg
untuk setiap hektar .
3) Pemindahan Benih
Sebelum benih
ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti
Benlate, terutama
apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila
diduga akan ada
serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan
ke dalam lubang
bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti
Furadan 3 G.
2. Pengolahan Media
Tanam
Pengolahan tanah
bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan
kondisi
menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase
dan aerasi yang
kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab
tetapi tidak terlalu
basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
1) Persiapan
Dilakukan dengan
cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang
gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon
tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah
yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.
Pertama-tama tanah
dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan
diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila
perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke
dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah
dengan bajak.
3) Pembentukan
Bedengan
Setelah tanah
diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman. Lebar
saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
terutama pada tanah
yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
Di daerah dengan pH
kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar
antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan
cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan
tanaman, sekitar 1
bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha
per musim tanam
dengan cara disebar pada barisan tanaman.
5) Pemupukan
Apabila tanah yang
akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
maka harus dilakukan
pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
bergantung pada
kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis
rata-rata adalah:
Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun cara dan
dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar:
1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan
saat tanam, 7 cm di
parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup
tanah;
b) Susulan I: 1/3
bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan
setelah tanaman
berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam
sedalam 10 cm lalu
di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat
tanaman berumur 45 hari.
3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola
Tanaman
Pola tanam memiliki
arti penting dalam sistem produksi
tanaman. Dengan pola
tanam ini berarti
memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia
(agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam
di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun
dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
TTG BUDIDAYA
PERTANIAN
yang sepenuhnya
tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan. Beberapa pola
tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a) Tumpang sari
(Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur
sama atau berbeda).
Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai;
tumpang sari beda
umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b) Tumpang gilir
(Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun
dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh:
jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
c) Tanaman
Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu
atau beberapa jenis
tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu
yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah,
waktu jagung
menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d) Tanaman Campuran
(Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman
dan tumbuh tanpa
diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi
satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman
hama dan penyakit. Contoh:
tanaman campuran
seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2) Pembuatan Lubang
Tanam
Lubang tanam dibuat
dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar
benih tidak
terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm,
dan tiap lubang
hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung
disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang
umurnya, tanaman
akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas.
Jagung berumur
dalam/panjang dengan waktu panen = 100 hari sejak
penanaman, jarak
tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung
berumur sedang
(panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang).
Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak
tanamnya 20x50 cm (1
tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3-
5 cm.
3) Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75
x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
digunakan jarak
tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.
Tanaman ini tidak
dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air
berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir
berakhir, benih
jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia
selama pertumbuhan
tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab
dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi
dahulu, kecuali bila
diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang
tanaman dan
penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat
lubang, 1 orang
memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan
menutup lubang).
Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang
dikehendaki, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan
3 biji per lubang,
bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir
benih per lubang.
4) Lain-lain
Di lahan sawah
irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah
tadah hujan, ditanam
pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal
musim hujan dan
akhir musim hujan.
4. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Dengan penjarangan
maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang
dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki
hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang
tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting
yang tajam tepat di
atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung
tidak boleh
dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya
menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu
setelah tanam.
2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan
untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu
(gulma). Penyiangan
dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih
muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan
sebagainya. Yang
penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran
tanaman yang pada
umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.
Hal ini biasanya
dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3) Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
memperkokoh posisi
batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu
juga untuk menutup
akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi.
Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu,
bersamaan dengan
waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanaman
diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan
terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga
TTG BUDIDAYA
PERTANIAN
biasanya pembubunan
dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu
setelah tanaman
berumur 1 bulan.
4) Pemupukan
Dosis pemupukan
jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk
TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-
100 kg. Pemupukan
dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama
(pupuk dasar), pupuk
diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap
kedua (pupuk susulan
I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4
minggu setelah
tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan
setelah tanaman
jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
5) Pengairan dan
Penyiraman
Setelah benih
ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah
lembab. Pengairan
berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar
tanaman tidak layu.
Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan
lebih besar sehingga
perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
6) Waktu
Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida
hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang
dapat membahayakan
proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan
yaitu pestisida yang
dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan
penyemprotan
hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat
populasi hama yang
menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar