Senin, 18 Maret 2013

CARA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG



1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama
dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada
kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih.

Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang
lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan
varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat
digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa
varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C
2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster





kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit,

Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan
adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2
(semuanya jenis Hibrida).
2) Penyiapan Benih

Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman
jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang
tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot,
dan tidak terserang oleh hama penyakit.  Tongkol dipetik pada saat lewat fase
matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun
menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih
akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan
disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil
biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal
tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika
kurang dari itu sebaiknya benih diganti.  Benih yang dibutuhkan adalah
sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar .
3) Pemindahan Benih

Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti
Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila
diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan
ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti
Furadan 3 G.
2. Pengolahan Media Tanam

Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan
kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase
dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab
tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.

1) Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.
Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.










2) Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.

3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
terutama pada tanah yang drainasenya jelek.

4) Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan
tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha
per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.

5) Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis
rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan
saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup
tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan
setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam
sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem  produksi tanaman. Dengan pola
tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan



TTG BUDIDAYA PERTANIAN


yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a) Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur
sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai;
tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b) Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
c) Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu
atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah,
waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d) Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman
dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi
satu  Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh:
tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar
benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm,
dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang
umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas.
Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen  =  100 hari sejak
penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung
berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak
tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3-
5 cm.
3) Cara Penanaman

Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air
berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir
berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia
selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi
dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang
tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat
lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan








menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang
dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan
3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
4) Lain-lain

Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah
tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal
musim hujan dan akhir musim hujan.

4. Pemeliharaan

1) Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting
yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung
tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam.

2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu
(gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan
sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran
tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.
Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu
juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu,
bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga






TTG BUDIDAYA PERTANIAN


biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu
setelah tanaman berumur 1 bulan.

4) Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-
100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama
(pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap
kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4
minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan
setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.

5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah
lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar
tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan
lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang
dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan
yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan
penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat
populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar